Kamis, 23 Juli 2009

mati itu pasti


akan datang hari itu, hari dimana tak lagi kurasakan hangatnya sinar mentari, hari yang penuh kegelapan akan mengisi setiap sudut pandanganku.kedua mataku tertutup rapat, bibirku pucat, kulitku menguning dan keriput.

tak lagi kurasa lembutnya belaian orang terkasih, semua kaku dan bisu. jiwaku melayang jauh menggapai apa yang selama ini telah kusimpan disana. jauh disana tak kutemukan ragaku, tak kukenali diriku. senyumku sirna, mataku nanar menyaksikan gambaran itu. ingin ku ulang kembali berjalan dengan kaki kananku, ingin kuraih keindahan itu dengan tangan kananku, tapi... hari itu aku berjalan sempoyongan dengan mengandalkan kaki kiri dan tetap memegang bara api dengan tangan kiriku. sungguh tak seimbang, aku jatuh dan bangkit lagi hingga kulalui jalan panjang yang penuh duri itu.


keadaan telah menertawakan aku, mentaripun ikut mengejekku,mendekati ubun2ku dan menyiramkan sinarnya yang tajam tepat di jantungku. aku meraung meminta belas kasihan dari siapa saja yang ada disekitarku, tapi mereka terus tertawa dan tertawa. siksa terus menerpa tubuh mungilku yang tercipta dari bara hitam bekas kenikmatan yang pernah terbakar sebelumnya.

Tidak ada komentar: